Fantasy dalam Histeria
Berjalannya fikiran atau otak manusia tidak bisa dilepaskan dengan proses fantasi. Fantasi merupakan suatu khayalan yang bersifat angan-angan atau pengandaian yang sudah ada atau belum tentu ada dan atau belum pasti kejadiannya.
Seperti pembahasan sebelumnya bahwa manusia mempunyai gudang penyimpanan ketidaksadaran. Dalam hal ini fantasi merupakan salah satu aktifitas yang bisa masuk ke dalam memori ketidaksadaran.
Dalam hal ini pemateri menconthkan tentang fungsi dari agama. Agama mempunyai seperangkat ajaran tentang pelarangan melakukan hal-hal tertentu, kemudian melalui ajaran tentang larangan dalam agama orang tua kemudian memerintahkan anak-anaknya untuk tidak melakukan hal-hal tersebut. Hal ini memperlihatkan satu fantasi tertentu dimana seseorang tidak melakukan suatu hal yang dilarang agama karena fantasia tau bayangan-bayangan tentang akibat yang akan terjadi seperti mendapatkan dosa, dan sebagainya.
Fantasi juga bisa menjadi penyebab terjadinya hysteria. Fantasi atau angan-angan yang tidak tersampaikan misalnya bisa menimbulkan trauma dan bisa menjadi penyebab dari hysteria. Fantasi yang menjadi penyebab dari adanya hysteria disebut sebagai fantasi yang terblok.
Dalam proses menetralisir diri dengan berbagai fantasi dalam memori ketidaksadaran tidak bisa terlepas dari proses penyesuaian diri.
Sedangkan proses penyesuaian diri dengan konflik ketidaksadaran yang tidak berhasil menurut Felix Guattari merupakan bentuk dari neurotic. Gejala neurotic bisa menyebabkan seseorang menutup diri. Sikap menutup diri merupakan salah satu gejala dari adanya psikotik atau psikosis, yaitu permasalahan yang menjadikan seseorang tidak bisa membedakan antara realita atau kenyataan dan yang tidak nyata atau bayangan angan-angan.
Neurotic sendiri seperti alibi bahwa seseorang mempunyai ketidakmampuan mengatasi konflik yang dialami sendiri.
Mengenai bentuk dari neurotic pemateri kemudian mencontohkan tentang Hitler. Ketika mendengar nama Hitler kemudian seseorang mempunyai fantasi masing-masing, seperti pengalaman tentang kepemimpinan yang otoriter dan sebagainya.
Dari bayangan atau pengalaman yang dialami oleh seseorang tentang hal yang traumatic bisa menyebabkan adanya histeria. Seseorang yang mengalami gejala hysteria juga bisa berupa bercerita ke banyak orang untuk memastikan bahwa dirinya baik-baik saja. Namun dibalik tanda-tanda dan pengertian dari hysteria yang sepintas selalu terlihat negatif, di sisi lain hysteria penting karena untuk mengobati ketidaksadaran unconsciousness.
Sebuah Fase tentang Rezim Kenikmatan
Pada dasarnya rasa trauma milik atau pernah dialami oleh semua orang sepanjang seseorang pernah bermimpi. Bahkan dalam mimpi bisa melindungi dari gejala trauma atau trauma symptom.
Bayangan tentang mimpi atau dream word bisa membentuk sebuah gambaran yang termanifestasi, selain itu mempunyai kandungan tentang makna yang laten (latent meaning).
Manifest meaning merupakan bentuk dari simbolisasi yang laten, adapun latent meaning adalah keinginan (desire) yang dihambat.
Dalam pandangannya tentang mimpi Laclau kemudian menyebut suatu proses yang disebut dengan over determinasi (ketetapan atau kemantapan hati) yang bisa menjadi sebuah kondensasi (perubahan wujud). Seperti halnya mimpi yang diinterpretasi, misalnya seseorang yang mengalami patah tangan karena ia bermimpi bertemu dengan Napoleon Bonaparte.
Lantas bagaimana cara mengobati trauma? Begitu pembicara menutup pertemuan kedua dalam Seri-Psikopol yang diadakan oleh Sekolah Riset SatuKata. Kemudian sebagai media atau pisau analisis trauma bisa dilihat melalui sad action yang bisa menjadi sumber data tentang cerita-cerita yang bersifat opresi. Bentuk dari cerita opresi dalam postcolonial studies adalah dengan melakukan problematisasi, misalnya dengan berpijak dari pertanyaan melawan dalam rangka apa? Siapa yang dilawan?
Komentar
Posting Komentar