[Lanjutan] Memahami Histeria dalam Psikoanalisis
Dalam pertemuan kelas kedua Seri-Psikopol ini membahas tentang bentuk memori ketidaksadaran, hysteria dan beberapa bentuk penanganannya.
Dalam berbagai tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang tidak bisa terlepas dari yang namanya unconscionnes atau ketidak sadaran. Dalam hal ini Freud memandang bahwa melalui penelusuran tentang ketidaksadaran dapat memberikan penjelasan tentang cara seseorang berpikir.
Ketidaksadaran merupakan pikiran yang terkubur dalam jiwa seseorang seperti pengalaman-pengalaman di masa lalu yang tidak disadari tetapi mempunyai pengaruh pada perilaku dan pola pikir seseorang.
Berikut adalah cara memahami pola pikir dan tindakan manusia melalui metode Psikoanalisis:
Salah satu bentuk ketidaksadaran yang ada dalam diri seseorang bisa berupa gejala hysteria.
Hysteria merupakan gejaa ketidak mampuan pikiran menahan beban, dan kemudian bisa memunculkan gejala-gejala fisik. Salah satu enyebab hysteria adalah adanya rasa trauma yang akut. Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk melakukan pengobatan hysteria adalah dengan melakukan terapi. Terapi bisa dilakukan dengan menggunakan hipnotis.
Seseorang yang mengalami hysteria bisa saja menunjukkan gejala faking illness.
Faking illness merupakan sikap pura-pura sakit agar mendapat perhatian. Perempuan bisa mengalami hysteria melalui pengalaman tentang gerakan alat reproduksi (rahim) yang dimiliki. Gejala hysteria misalnya dapat ditemukan pada perempuan seperti rasa dingin yang berlebihan sehingga tidak bisa melakukan apa-apa, dan seorang laki-laki yang tiba-tiba di pagi hari tidak bisa berjalan.
Dalam hal ini Freud kemudian memandang bahwa hal-hal tersebut tidak mungkin terjadi. Tetapi setelah ia mendapatkan fellowship ke Prancis untuk belajar hipnotis kemudian ia belajar banyak hal tentang patologi kejiwaan.
Hysteria sendiri tidak ada kaitannya dengan biologi, tetapi bagaimana hysteria kemudian berpengaruh terhadap rasa kepura-puraan untuk sakit agar mendapat perhatian (Faking illness).
Terbentuknya kesadaran manusia dalam ketidaksadaran
Perilaku manusia terbentuk melalui beberapa proses panjang yang tidak disadari. Melalui memori penyimpanan pengalaman tentang hal yang baik maupun yang buruk terkumpul. Ketidakberhasilan melupakan hal-hal yang buruk kemudian menjadi penyebab adanya rasa trauma. Rasa trauma itu kemudian masuk ke dalam gudang ketidaksadaran (unconsciousness).
Hal ini bisa dilihat dari pengalaman seseorang yang merasa jijik dengan gelas bekas tempat minum anjing. Rasa jijik kemudian masuk ke dalam gudang ketidaksadaran.
Hysteria muncul sebagai bentuk dari pelepasan memori dari gudang ketidaksadaran. Hal ini bisa diatasi melalui adanya hipnotis. Hipnotis merupakan upaya untuk menggali atau menemukan dan kemudian menerima atau menyadari adanya rasa trauma.
Namun hipnotis tidak sepenuhnya berhasil, dan jika gagal bisa dilakukan dengan metode “pre-association”. Berbeda dengan hipnotis yang memerlukan peran aktif dari terapis untuk bertanya, metode “pre-association” lebih mempunyai keunggulan karena (1) terapis tidak usah bertanya (2) sepenuhnya pasien yang bercerita sehingga (3) banyak data yang didapatkan.
Dalam beberapa kasus hampir semua orang yang dihipnotis mempunyai latar belakang cerita tentang permasalahan seksualitas yang traumatic. Rasa-rasa traumatic yang tiba-tiba muncul dalam ingatan menjadikan seseorang kembali mengalami depresi. Depresi bisa menyebabkan seseorang jatuh dalam kesedihan “sad action” atau memilih untuk bertindak bebas dengan melupakan beban berat dari ingatan rasa trauma yang dialamai “free action”.
Komentar
Posting Komentar